Iklan

Wednesday, December 13, 2017

pemurnian

Hasil gambar untuk gambar filtrasiTujuan : untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang  tercampur
Dasar teori
pemurnian merupakan suatu proses campuran ujntuk mendapatkan zat-zat murni. pemurnian dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya yaitu dengan ekstraksi, filtrasi, sentrifugasi, rekristalisasi dan sublimasi. pada praktikum ini, pemurnian yang dilakukan dengan cara sublimasi, filtrasi dan sublimasi
sublimasi yaitu proses perubahan dari fasa uap menjadi padat dan sebaliknya dari fasa padat menjadi fasa uap karena pengaruh temperatur atau tekanan udara diatasnya. pada proses sublimasi senyawa padat jika dipanaskan langsung menjadi uap tanpa melalui fasa cair dahulu.
filtrasi yaitu proses pemisahan zat berdasarkan perbedaan ukuran partikel. pada proses ini larutan yang akan dimurnikan menggunakan kertas saring yang memiliki pori yang dapat menahan partikel-partikel kecil. kemudian akan dihasilkan suatu larutan yang lebih bening
ekstraksi merupakan suatu cara yang sering dilakukan dalam pemisahan senyawa organik dari campurannya yang dihasilkan dari suatu reaksi. ekstraksi ada dua macam yaitu ekstraksi jangka panjang dan ekstraksi jangka pendek. ekstraksi jangka panjang dengan memakai suatu alat tertentu, ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk memisahkan bahan alam yang bterdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. ekstraksi jangka pendek dilakukan dengan metode pengocokan yang nantyinya jika didiamkan akan membentuk dua lapisan
Alat dan Bahan
Alat: Beaker glass, cawan petri, spirtus, kaki tiga, kawat kasa, tissue, korek, corong, kertas saring, corong pisah dan gelas ukur
Bahan: pasir, kapur barus (naftalena), es batu, aquades, minyak (lipid)
Prosedur: 
  1. naftalena (sublimasi)
  • digerus naftalena
  • dimasukan dalam beaker glass
  • ditambah pasih
  • ditutup tisu
  • ditutup cawan petri
  • ditambah es batu diatas cawan petri
  • dipanaskna sampai menguap
  • hasil : kapur barus menjadi kristal
  1. Filtrasi (air)
  • dimasukan dalam beaker glass
  • ditambah pasir
  • diaduk dengan batang pengaduk
  • disaring dengan kertas saring
  • hasil: air menjadi bening kembali
  1. Ekstraksi (air 100ml + minyak 50ml)
  • dimasukan dalam corong pisah
  • diputar searah sesekali dibuka
  • didiamkan sampai air dan minyak terpisah
  • dipisahkan air dengan minyak dalam gelas ukur
  • hasil: air 87ml ; minyak 45ml
Pembahasan:
sublimasi bertujuan untuk memisahkan suatu zat dari zat lain sehingga dihasilkan zat yang lebih murni dengan mengendapkan zat yang tidak dibutuhkan. naftalena sebagai zat murni dan pasir sebagai zat pengotornya. hasilnya campuran ini jika disublimasi menghasilkan kristal naftalena berwarna putih kaca
ekstraksi bertujuan untuk memisahkan dua zat campuran dengan  melarutkannya. air bertindak sebagai pelarut dan minyak sebagai terlarut. setelah keduanya tercampur akan terbentukk endapan pemisahan antara kedua zat tersebut. hasilnya air berubah menjadi 87ml minyak menjadi 47ml. karena pada air kurang lamanya waktu dan pada minyak sebagian menempel pada corong pisah
filtrasi bertujuan untuk memisahkan zat pada pada zat cair. air bertindak sebagai cairan dan pasir sebagai zat padatnya. hasilnya air akan kembali jernis dan pasir tersaring paada kertas saring.
kesimpulan
  1. sublimasi menghasilkan kristal naftalena
  2. ekstraksi menghasilkan air (87ml) dan minyak (45ml)
  3. filtrasi menghasilkan air yang lebih jernih
daftar pustaka
  1. jurnal pemurnian. diakses melalui https://documents/jurnal-pemurnian-pendahuluan.html
  2. khanifah.farach.2017.PanduanPraktikumPengenalanLaboratoriumMedik.Jombang

Tuesday, December 12, 2017

regulasi tekanan darah

ANATOMI FISIOLOGI
Regulasi Tekanan Darah
Dosen Pembimbing: DR. Hariyono, M.Kep

Disusun Oleh
Lydia Dwinanda Kartikasari (171310021)

KELAS B1
D3 ANALIS KESEHATAN
STIKES ICME JOMBANG
TAHUN AJARAN 2017/2018



REGULASI TEKANAN DARAH
A.    Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah daya dorong darah keseluruh dinding pembuluh darah pada permukaan tertutup. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tanda vital ini mencerminkan aspek dasar kesehatan seseorang, bahkan juga kemampuan seseorang untuk bertahan hidup. Tekanan darah dan denyut nadi seringkali dijadikan acuan sebagai tolak ukur untuk menentukan takaran latihan, khususnya latihan yang sifatnya melatih sistem kardiorespirasi atau latihan aerobik. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung,tekanan pembuluh darah perifer, volume, dan volume/aliran darah.
Tekanan darah secara terus menerus dipantau oleh sensor-sensor yang disebut baroreseptor (mekanoreseptor). Refleks baroreseptor mungkin merupakan refleks yang paling utama dalam menentukan kontrol regulasi denyut jantung dan tekanan darah
Pada saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri meregang, reseptor-reseptor ini dengan cepat mengirim impulsnya ke pusat vasomotor. Pusat vasomotor dihambat, mengakibatkan vasodilatasi pada arteriol dan vena sehingga tekanan darah menurun
Sebaliknya penurunan tekanan arteri rata-rata meyebabkan refleks vasokonstriksi dan meningkatkan curah jantung, dengan demikian meningkatkan tekanan darah. Fungsi reaksi cepat dari baroreseptor adalah melindungi siklus sirkulasi darah selama fase akut perubahan tekanan darah.

B.    KONTROL TEKANAN DARAH
Pusat kardiovaskuler di otak berada di formasio retikularis dan terletak dimedula oblongata bagian bawah dan pons. Impuls yang berkaitan dengan tekanan darah diintegrasikan disini. Apabila terjadi perubahan tekanan darah, maka pusat kardiovaskuler mengaktifkan sistem saraf otonom, sehingga terjadi perubahan stimulasi simpatis dan parasimpatis kejantung dn selanjutnya akan terjadi perubahan stimulasi simpatis keseluruh sistem pembuluh darah
1.      Kontrol Jangka Pendek Pada Tekanan Darah
a.       Sistem saraf
Sistem saraf simpatis mengontrol tekanan darah melalui mekanisme peningkatan curah jantung dan memengaruhi tahanan pembuluh perifer. Tujuan utama pengontrol ini adalah:
1)        Memengaruhi distribusi darah sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan bagian tubuh yang lebih spesifik akan darah. Misalnya saat melakukan olahraga maka regulasi darah ke sistem pencernaan dialihkan kebagian tubuh yang terlibat dalam aktivitas tersebut seperti otot rangka dan kemudian panas tubuh dikeluarkan melalui dilatas pembuluh darah kulit.
2)        Mempertahankan tekanan arteri rata-rata (mean arterial pressure-MAP) yang adekuat dengan memengaruhi diamete pembuluh darah.  Sedikit perubahan pada diameter pmbuluh darah dapat meyebabkan perubahan yang bermakna pada tekanan darah. Penurunan volume darah dapat meyebabkan konstruksi pembuluh darah yang memperdarahi jantung dan otak. Tujuannya adalah untuk mengalirkan darah ke organ-organ vital sebanyak mungkin
b.      Peranan Pusat Vasomotor
Umumnya kontrol sistem persarafan terhadap tekanan darah melibatkan baroreseptor dan serabut aferennya, pusatvasomotor, dan serabut vasomotor di medula oblongata dan otot polos pembuluh darah. Komoreseptor dan pusat kontroltertinggi di otak juga memengaruhi mekanisme kontrol saraf
Pusat vasomotor yang memengaruhi diameter pembuluh adalah pusat vasomotor yang merupakan kumpulan serabut saraf simpatis. Pusat vasomotor dan pusat kardivaskuler bersama-sama meregulasi tekanan darah dengan memengaryhi curah jantung dan diameter pembuluh darah.
Pusat vasomotor mengirim impuls secara tetap melalui serabut eferen saraf simpatis ( serabut motorik) yang keluar dari medula spinalis pada segmen T1 sampai L2 dan masuk menuju otot polos pembuluh darah dan yang terpenting adalah pembuluh darah arteriol, akibatnya pembuluh darah arteriol hampir selalu dalam keadaan konstriksi sedang yang disebut dengan tonus vasomotor
Derajat konstriksi setiap organ bervariasi. Umumnya pembuluh darah arteriol kulit dan sistem pencernaan menerima impuls vasomotor lebih sering dan  cenderung berkonstriksi lebih kuat dibandingkan pembuluharteriol paa otot rangka. Peningkatan aktivitas simpatis meyebabkan vasokonstriksi meyeluruh dan meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya, penurunan aktivitas simpatis memungkinkan relaksasi otot polos pembuluh darah dan meyebabkan penurunan tekanan darah sampai pada nilai basal. Umumnya serabut vasomotor mengeluarkan epinefrin yang merupakan vasokonstriktor kuat, akan tetapi pada otot rangka beberapa serabut vasomotor mengeluarkan asetilkolin yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah (Price, 1996)
c.       Refleks Kemoreseptor
Apabila kandungan oksigen atau pH darah turun atau kadar karbon dioksida dalam darah meningkat, maka kemoreseptor yang ada di arkus aorta dan pembuluh-pembuluh darah besar di leher mengirim impuls ke pusat vasomotor dan terjadilah vasokonstriksi. Selanjutnya peningkatan tekanan darah membantu mempercepat darah kembali ke jantung dan ke paru.
d.      Kontrol Kimia
Seperti yang sudah disebutkan bahwa kadar oksigen dan karbon dioksida membantu meregulasi tekanan darah melalui refleks kemoreseptor, tetapi sejumlah kimia darah yang terdapat pada otot polos atau pusat vasomotor juga memengaruhi tekanan darah. Hormon penting yang berfungsi sebagai kontrol kimia adalah:
1)     Hormon yang dikeluarkan medula adrenal
Selama masa stres, kelenjar adrenal melepaskan norepinefrin dan epinefrin ke dalam darah dan kedua hormon ini meningkatkan repons “fight or flight”
2)     Faktor natriuretik atrium
Dinding atrium jantung mengeluarkan hormon peptida yang disebut dengan faktor natriuretik atrial yang meyebabkan volume darah dan tekanan darah menurun
3)     ADH ( Hormon Antidiuretik )
Hormon ini diproduksi di hipotalamus dan merasang ginjal untuk meretensi (menahan) air
4)     Angiotensin II
Angiotensin II terbentuk akibat adanya renin yang dikeluarkan oleh ginjal saat perfusi ginjal tidak adekuat. Hormon ini meyebabkan vasokonstriksi yang hebat, dengan demikian terjadi peningkatan tekanan darah yang cepat. Hormon ini juga merangsang pengeluaran aldesteron yang akan meregulasi tekanan darah untuk jangka panjang dengan menahan pengeluaran air
5)     Endothelium-derived factor
Endotelin bekerja pada otot polos pembuluh darah dan merupakan vasokonstriktor yang kuat.
6)     Alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan penurunan tekanan darah melalui penghambatan pengeluaran ADH dan penekanan pada pusat vasomotor, dan dapat meyebabkan vasodilatasi tertama pada kulit
2.      Kontrol Jangka Panjang terhadap Tekanan Darah
a.       Regulasi dari Ginjal
Walaupun baroreseptor bekerja untuk jangka pendek, akan tetapi baroreseptor dengan cepat beradaptasi untuk meregulasi peningkatanatau penurunan tekanan darah yang berlangsung lama atau keadaan yang kronik
Ginjal mempertahankan homeostatis tekanan darah dengan meregulasi volume darah. Walaupun volume darah bervariasi sesuai usia dan jenis kelamin, ginjal akan mempertahankan volume darah kira-kira 5liter.peningkatan volume darah serta tekanan darah,juga merangsang ginjal untuk mengeluarkan cairan
Ginjal bekerja baik langsung maupun tidak langsung dalam meregulasi tekanan arteri dan dalam mengontrol tekanan darah untuk jangka panjang. Volume darah akan memengaruhi mekanisme ginjal secara langsung. Saat volume darah atau tekanan darah meningkat, kecepatan filtrasi cairan di ginjal dipercepat. Pada keadaan demikian, ginjal tidak mampu untuk memproses hasil filtrasi lebih cepat dan dengan demikian akan lebih banyak cairan yang meninggalkan tubuh melalui urine, akibatnya volume darah akan menurun yang diikuti dengan penurunan tekanan darah. Sebaliknya saat tekanan darah atau volume darah menjurun, maka cairan alkan ditahan dan kembali ke sistem aliran darah.
Pada saat tekanan darah arteri menurun, sel khusus pada ginjal mengeluarkan enzim renin kedalam darah. Renin ini akan memicu serangkaian reaksi enzimatika yang akan memproduksi angiotensin II ( suatu vasokonstriktor kuat yang meningkatkan tekanan darah sistemis) untuk meningkatkan kecepatan alira darah keginjal sehingga perfusi ginjal meningkat. Angiostensin II juga merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan aldesteron (suatu hormon yang mempercepat absorbsi garam dan cairan) serta selanjutnya meningkatkan tekanan darah. Mekanisme renin angiotensin merupakan mekanisme ginjal secara tidak langsung

C.     SISTEM RENIN-ANGIOTENSIN-ALDOSTERON (RAA)
Perubahan tekanan darah menstimulasi baroreseptor diginjal. Apabila tekanan darah tinggi,maka pelepasan hormon renin berkurang, begitu sebaliknya. Pelepasan renin juga dirangsang leh saraf simpatis. Hormon renin mengontrol pembentukan hormon lain yaitu angiotensin II
Renin beredar dalam darah dan bekerja sebagai suatu enzim yang mengubah protein angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensin I adalah suatu protein yang terdiri atas 10 asam amino yang segera diuraikan oleh enzim pengubah-angiotensin menjadi angiotensin II. Enzim pengubah angiotensin juga menguraikan hormon vasodilator bradikinin. Penghambatan kerja enzim pengubah angiotensin akan menghambat pembentukan angiotensin dan peguraian bradikinin.
Angiotensin II memegang peranan utama dalam sistem RAA karena meningkatkan tekanan darah melalui beberapa mekanisme yaitu vasokonstriksi, retensi garam dan cairan, serta takikardia. Mekanisme ini bekerja secara langsung maupun tidak langsung melalui sistem saraf simpatis, hormon antidiuretik (ADH), dan aldosteron atau penghambat vagal. Rangsangan bagi pelepasan renin, penurunan tekanan darah, dan penurunan konsentrasi natrium plasma dilawan oleh kerja angiotensin II dan aldosteron



DAFTAR PUSTAKA
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung: Pencegahan serta Pengobatannya. Yogyakarta: Nuka Medika.
Gray, Huon H dkk. 2005. Lecture Notes: Kardiologi. Terjemah. Agoes Azwar. Penerbit Erlangga ( Buku asli diterbitkan tahun 2002).
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Kasron. 2012. Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuka Medika.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

pemurnian

Tujuan : untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang  tercampur Dasar teori pemurnian merupakan suatu proses campuran ujntuk mendapat...